Pertanyaan “Kamu ada dimana?, Sekarang lagi dimana?” seringkali kita temui kala kita dalam perjalanan. Namun apakah kita sering menanyakan diri kita sendiri bahwa diri kita ada dimana? Bahkan secara tidak sadar kita sedang dalam perjalanan yang menentukan bagaimana diri kita akhirnya.
Dalam perjalanan besar manusia, ketika kita lahir perjalanan kita dimulai. Seiring bertumbuhnya diri kita dan berjalannya waktu, kita juga sering melupakan bahwa kita sedang dalam perjalanan. Namun hingga saat ini apakah kita sudah memahami peran apa yang Allah Swt amanahkan dalam perjalanan hidup kita ini? Apakah kita terlalu banyak bersenang-senang dan lalai akan arti dari sebuah hidup? Atau apakah kita benar-benar cukup memahami diri kita sendiri?
Perjalanan manusia ditemani oleh nafs, yang uniknya kata dari Nafs ini memiliki banyak arti, Secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan manusia, menunjukkan suatu sisi dalam diri manusia yang berpotensi baik dan buruk. Lalu bagaimana dengan diri kita? Apakah kita lebih dominan yang baik atau buruk?
Hingga saat ini, kita temui pergantian tahun. Tapi apakah kita memahami dimana diri kita saat ini? Mungkin seharusnya kita bermuhasabah setiap saat.
Makna muhasabah dalam beberapa perspektif seperti imam Ghazali mengartikan sebagai upaya memahami keadaan diri dengan menjaga perhatian hanya kepada Allah (muraqabah). Kemudian Amin Syukur mendefenisikan sebagai menghitung-hitung perbuatan setiap tahun, setiap bulan, setiap hari bahkan setiap saat. Syafi’i Masykur memiliki pandangan yang diselipi dengan penyucian hati yakni kegiatan mengevaluasi diri serta tidak menuruti kemaun-kemauan nafsu.
Sebagaimana Sahabat Nabi, Umar r.a pernah berkata bahwa “Hisablah dirimu sebelum kalian akan dihisab, dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum nanti akan ditimbang”
Selamat Hari Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H