Tugas Steam
Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu semar. Pewayangan Sunda yang identik dengan Bagong, yaitu Cepot. Sedangkan dalam pewayangan Banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan Bawor. Sebagai punakawan yang sifatnya menghibur, tokoh bagong dilukiskan dengan ciri fisik yang mengundang kelucuan.
Bagong memiliki ciri yaitu badannya yang bulat, mata mleleng, mulut dower, dan memiliki tangan yang megar. Fisik dari bagong ini menggambarkan makna seseorang harus memiliki hati yang bahagia, hati yang hidup, dinamis, dan optimis.
Meskipun Bagong tidak memiliki kekuatan sakti seperti tokoh wayang lainnya, namun ia merupakan seorang lurah yang hidup bersama rakyat kecil dengan sangat sederhana. Hidupnya digunakan untuk mengabdi kepada Pandawa, hingga para ksatria pun seperti Arjuna tidak segan untuk meminta nasehat kepada dirinya.
Para dalang yang ingin mengkritik penjajahan kolonial Hindia Belanda sempat menggunakan gaya bahasa bagong yang seenaknya sendiri. Pada tahun 1645 ketika Sultan Agung meninggal, putranya yang bergelar Amangkurat I menggantikannya sebagai pemimpin Kesultanan Mataram. Raja baru ini sangat berbeda dengan ayahnya. Ia memerintah dengan sewenang-wenang serta menjalin kerja sama dengan pihak VOC-Belanda.
Hingga keluarga besar Kesultanan Mataram menjadi terpecah belah. Ada kelompok pendukung pemerintahan Amangkurat I yang pro-Belanda, ada pula yang menentangnya. Pada saat itu, dalam hal kesenian pun terjadi perpecahan. Seni wayang kulit terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Nyai Panjang Mas yang anti-Amangkurat I, dan golongan Kyai Panjang Mas yang sebaliknya.
Rupanya pihak Belanda tidak menyukai tokoh Bagong yang sering dipergunakan para dalang untuk mengkritik penjajahan VOC. Atas dasar ini, golongan Kyai Panjang Mas pun menghilangkan tokoh Bagong, sedangkan Nyai Panjang Mas tetap mempertahankannya.
sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Bagong
https://museum.kemdikbud.go.id/koleksi/profile/wayang+golek+purwo_21639
https://jogja.tribunnews.com/2020/11/18/terungkap-karakter-wayang-bagong-ala-ki-seno-nugroho-menurut-ki-manteb-adopsi-gaya-ki-sukron?page=all