Dari keturunan ulama hingga menjadi orang nomor satu RI....
BIOGRAFI Tokoh Indonesia
Nama : K.H. Abdurrahman Wahid
Tempat dan Tanggal Lahir : Jombang, 7 September 1940
Meninggal : Jakarta, 30 Desember 2009
Latar Pendidikan : SD Matraman Perwari (1949-1954)
Ponpes Krapyak (1954-1957)
Pesantren Tegalrejo (1957-1959)
Pesantren Tambakberas (1959-1963)
Universitas Al-Azhar (1963-1966)
Universitas Baghdad (1966-1970)
Universitas Leiden (1970-1971)
Mantan Jabatan & Profesi : Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam
Ketua Umum Organisasi Islam (Nahdlatul Ulama)
Presiden ke-4 Republik Indonesia
Dan lain-lain…
Siapa yang tidak kenal beliau? Seorang ulama besar dari keluarga terpandang, ahli di berbagai bidang seperti sastra dan politik, hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia. KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur ini merupakan seorang ulama NU. Ayahnya juga seorang ulama sekaligus diplomat ulung, KH Wahid Hasyim. Sementara kakeknya adalah pendiri organisasi Islam NU, KH Hasyim Asy’ari.
Gus Dur merupakan tokoh yang berasal dari keluarga terhormat. Bahkan kakeknya adalah pendiri salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Namun, semua itu tidak membuat Gus Dur merasa angkuh. Beliau merupakan pribadi yang rendah hati, cerdas, dan bijak. Sejak awal, beliau sudah menunjukkan keseriusannya dalam menempuh pendidikan di usianya yang masih belia saat itu. Terbukti ketika beliau menerima tawaran beasiswa dari Universitas Al-Azhar pada 1963 hingga Universitas Baghdad pada 1966. Setelah menamatkan pendidikannya disana, Gus Dur pulang ke tanah air.
Pada 1977, Beliau dipercaya menjadi Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam di Universitas Hasyim Asy’ari. Gus Dur mengajar disana sekitar 5 tahunan. Setelah itu, beliau menerima tawaran untuk berperan aktif dalam organisasi NU. Awalnya beliau menolak, tetapi karena terus didesak oleh para petingginya, akhirnya beliau bersedia menjadi reforman NU.
Dalam kurun tahun 1982-1985, terdapat sejumlah pergerakan dan perubahan yang terjadi dalam struktur organisasi NU bersamaan dengan bergabungnya Gus Dur. Banyak yang menilai bahwa beliau lebih condong ke pemerintah karena dukungannya terhadap kebijakan Doktrin Pancasila. Namun, peran besar yang dimainkan Gus Dur dalam NU dirasakan sendiri oleh para anggota dan petinggi NU saat itu, termasuk KH Idham Chalid yang saat itu menjabat sebagai ketum NU.
Hingga pada Muktamar NU 1984, Gus Dur terpilih sebagai ketua umum NU yang baru. Halangan, rintangan, dan upaya penjatuhan berkali-kali diterima Gus Dur setelah menerima jabatan tersebut. Bahkan pada Muktamar 1994, kerjasama antara pemerintah dan oknum-oknum yang terlibat didalamnya nyaris berhasil melengserkan Gus Dur dari jabatannya sebagai ketum. Karena masih sangat banyak kelompok santri dan masyarakat yang mendukungnya-lah yang membuatnya bertahan.
Bukan Gus Dur namanya kalau tidak lekat dengan humor dan ramalan gokilnya. Saat diwawancara, beliau pernah mengatakan bahwa pemerintah akan mendapat “karma” dalam waktu dekat dan bahkan beliau menyatakan bahwa dirinya akan menjadi Presiden RI suatu saat.
Dan perkataan itu ternyata terbukti. Hingga beberapa tahun ke depan, pemerintah seolah terkena “batu” yang dilemparkan kembali. Pada 1997, krisis ekonomi melanda Asia. Setahun kemudian, rezim tumbang. Posisi Gus Dur kemudian semakin dipandang oleh masyarakat luas, tidak hanya dari kalangan NU. Setelah masa transisi setahun, ketua MPR saat itu, Amien Rais menunjuk Gus Dur untuk menggantikan peran Habibie sebagai Presiden.
Pada masa kepemimpinan Gus Dur, Indonesia masih berada dalam situasi tak stabil dan terjadi sejumlah permasalahan di berbagai bidang kala itu. Mulai dari mengurus dan menyelesaikan kasus masa lalu, merencanakan visi jangka panjang untuk masa depan, hingga kasus Timor Timur yang terus berlanjut. Guncangan di kursi Gus Dur mulai terasa pada awal 2001, saat beberapa kebijakan yang dibuatnya dianggap menyimpang konstitusi. Puncaknya adalah ketika Gus Dur menyatakan Dekrit Presiden pada Juli 2001. Itu merupakan dekrit presiden kedua dalam sejarah Indonesia setelah Soekarno mengeluarkannya pertama kali pada 1959. Singkat cerita, karena terus-menerus terjadi kontroversi dan situasi nasional yang tak kunjung membaik, serta menurunnya kepercayaan dari bawahannya dan juga masyarakat, Gus Dur akhirnya diturunkan dari jabatannya sebagai Presiden pada 23 Juli 2001.
…….
Apa yang dilakukan Gus Dur setelah tak lagi menjadi presiden? Beliau ternyata tetap rajin dalam menjalankan kegiatan-kegiatan islami yang selama ini dilakukannya sebelum menjadi presiden. Mulai dari berdakwah hingga memberi kajian kepada masyarakat luas. Hal unik dari beliau yang paling dikenang orang banyak adalahkarakternya yang humoris. Beliau sering melemparkan jokes dan humor-humor yang lucu dan bahkan sesekali masih digunakan hingga saat ini. Karena itulah, beliau bisa disebut sebagai salah satu tokoh islam paling ikonik dalam sejarah Indonesia.
Akibat penyakit stroke yang telah lama dideritanya, Gus Dur wafat pada usia 69 tahun di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2009. Beliau dimakamkan di Pemakaman Maqbarah, tempat pemakaman sebagian besar keluarganya yang lain.
“Sabar itu ga ada batasnya, kalau ada batasnya berarti ga sabar.” - KH Abdurrahman Wahid
Sebuah cerita narasi karya Uzdah Malilah Firyal