ヒンメル 1 year ago
not a prodigy #bahasa

Jewawut Bisa Dimakan?

Penasaran nih?

Pendahuluan

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar telah menghadapi banyak tantangan terutama dalam bidang ketersediaan pangan. Sehingga sangat penting untuk dilakukan kebijakan mengenai ketahanan pangan. Kebijakan mengenai ketahanan pangan negara telah menjadi pokok dalam pembangunan terutama dalam pembangunan di bidang pertanian. Kebijakan pemerintah yang dinilai lebih terfokus pada beras dianggap telah mengabaikan pangan alternatif. Hal ini dibuktikan dengan adanya program pemerintah yang mengimpor beras untuk menjaga dan memenuhi ketersediaan pangan penduduk Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018), data luas panen padi di Indonesia sebesar 10,9 juta hektar, dengan produksi beras sebesar 32,42 juta ton beras. Sedangkan konsumsi beras nasional sebesar 29,6 juta ton. Selisih produksi dan konsumsi beras hanya 2,85 juta ton, dinilai tidak dapat memenuhi kebutuhan karena tidak semua beras digelontorkan petani ke pasaran. 

Argumentasi

Produksi padi nasional yang tidak sebanding dengan peningkatan penduduk salah satunya disebabkan banyaknya alih fungsi lahan dari lahan-lahan produktif menjadi pemukiman dan industri. Dalam revisi Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014, pada aspek peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan nasional, disebutkan bahwa kebijakan ketahanan pangan nasional salah satunya diarahkan untuk mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal selain beras. Oleh karena itu, untuk mendukung program diversifikasi pangan dan peningkatan pemanfaatan lahan di bawah tegakan diperlukan tanaman makanan pokok selain beras. Sumber daya hayati Indonesia yang sangat beragam memungkinkan untuk mendapatkan sumber daya pangan selain beras, salah satunya adalah jewawut. 

   Jewawut adalah tanaman pangan jenis serealia berbiji kecil dengan diameter sekitar 1 mm. Jewawut populer sebagai makanan pokok di beberapa wilayah di Indonesia seperti Sulawesi Barat, Pulau Buru, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Tengah. Jewawut diperkenalkan ke Indonesia oleh Tiongkok yang bermigrasi sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sejak itu, jewawut mulai dikenal luas di Indonesia, bahkan dijadikan makanan pokok oleh beberapa daerah. Jewawut memiliki malai menyerupai bulir dengan panjang antara 8-18 cm. Tangkai malai sepanjang 25-30 cm, tegak atau melengkung. Warna bulir tanaman jewawut beraneka ragam, mulai dari hitam, kuning, ungu, merah, sampai jingga kecoklatan. 

   Jewawut memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lain. Jewawut dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah termasuk tanah kurang subur, tanah kering, mudah dibudidayakan, umur panen pendek, dan kegunaannya beragam. Jewawut juga bisa dijadikan sebagai bahan pangan fungsional dengan memanfaatkan sifat jewawut yang memiliki nilai indeks glikemik rendah, tinggi antioksidan dan kandungan kimia lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. 

Jewawut telah banyak dimanfaatkan bijinya oleh masyarakat sebagai pakan burung, padahal biji jewawut ini banyak mengandung nutrisi dan sangat layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Kandungan gizi dan potensi biji tanaman jewawut sebagai bahan makanan pokok telah banyak dilaporkan. Jewawut mengandung nutrisi yang sangat tinggi. Kandungan karbohidrat jewawut mencapai 84,2 persen, protein sebesar 10,7 persen, lemak sebesar 3,3 persen, dan serat sebesar 1,4 persen. Dilansir jurnal Field Crop Research Volume 124, jewawut juga memiliki kandungan mineral seperti kalsium, besi, magnesium, fosfor, seng, dan kalium. Selain itu, ada juga kandungan vitamin C, B1, dan B2. Komposisi nutrisi biji jewawut hampir sama dengan biji serealia penting lainnya, sehingga jewawut dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai serealia pangan alternatif dengan kecukupan gizi. Berdasarkan komposisi gizi jewawut di atas, dapat disimpulkan bahwa jewawut, dibandingkan dengan beras, gandum, jagung, dan sorgum memiliki kadar serat yang tertinggi.

Kesimpulan

Indonesia adalah negara dengan kekayaan hayati terbesar. Namun kekayaan hayati tersebut belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Tidak sedikit kekayaan hayati tersebut dimanfaatkan negara lain dan kita tidak mendapat apa pun. Sebagian besar penduduk masih bergantung pada beras sehingga menyebabkan ketahanan pangan lokal masih belum stabil. Sudah saatnya kita menaruh perhatian pada sumber pangan lokal untuk menjamin keberlanjutan hidup kita. Sumber daya hayati Indonesia yang sangat beragam memungkinkan untuk mendapatkan sumber daya pangan selain beras yaitu jewawut. Dengan memanfaatkan sumber pangan lokal pengganti beras ini diharapkan ketahanan pangan lokal di Indonesia menjadi lebih stabil.


Sumber : 

         - https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/filogeni/article/view/23803/12135

         - https://agri.kompas.com/read/2023/01/12/155727784/mengenal-jewawut-tanaman-pangan-alternatif-yang-kaya-nutrisi?page=all

25
355
Anekdot: Takut Blue Light Tapi Kecerahan Penuh

Anekdot: Takut Blue Light Tapi Kecerahan Penuh

1731308278.png
almatheaaa
1 year ago
video

Teori Baterai Kasih Sayang

rgs02
R. Gatot Susilo
2 years ago
Cinta Tanah Air

Cinta Tanah Air

1691587270.jpg
Andreans
6 months ago
Hanjeli sebagai Alternatif Pangan dalam Negeri

Hanjeli sebagai Alternatif Pangan dalam Negeri

1714290832.png
Azhnrkhlf
1 year ago
Grinding Rail

Grinding Rail

1726579414.png
RAILION
1 year ago