Ramadhan di Gresik
Bulan yang dinanti-nantikan seluruh umat muslim di manapun berada. Terdapat satu malam yang kebaikannya lebih baik daripada seribu bulan. Adalah Lailatul Qadar, malam yang sangat diimpi-impikan semua muslim. Malam yang hanya terjadi satu tahun sekali. Banyak sekali orang-orang yang berusaha memburu malam tersebut.
Ialah malam selawe merupakan tradisi khas bulan Ramadhan yang dimaknai sebagai pengejaran malam lailatul Qadar. Tradisi ini dilaksanakan pada malam tanggal 25 bulan Ramadhan di kawasan Masjid Jami’ Giri, Gresik. Tradisi ini bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Tradisi malam selawe ini sudah ada sejak zaman Sunan Giri berdakwah di Gresik. Sunan Gresik atau lebih dikenal dengan raden Paku ini mengajak para santrinya untuk beriktikaf berharap mendapat keberkahan malam Lailatul Qadar. Tradisi ini sangat mengental pada diri santri dan kawasan sekitar. Saking kentalnya, tradisi ini hingga sekarang masih terus berkelanjutan.
Tak sedikit datang berbondong-bondong dari dalam maupun luar Kota Gresik yang ikut berziarah dan i’tikaf di sini. Pada waktu ini, biasanya kawasan sekitar Masjid Giri ini dibanjiri lautan orang muslim yang sedang berburu malam Lailatul Qadar. Bagi yang tidak berkepentingan, sebaiknya menghindari jalan Sunan Giri. Jalanan ini akan sangat padat masyarakat penduduk yang ingin berburu Malam Lailatul.
Jika tradisi malam selawe sudah ada sejak zamannya Ainul Yaqin atau lebih dikenal Sunan Giri, maka berarti tradisi ini sudah berjalan 536 tahun. Selain Malam Selawe, juga ada tradisi lain di bulan suci Ramadhan di Gresik, seperti Sanggring atau Kolak Ayam di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar. Tradisi ini digelar pada Ramadhan hari ke-22.
Sebuah cerita narasi karya Uzdah Malilah Firyal