Sedekah Gunung Merapi adalah salah satu budaya yang berasal dari Boyolali, Jawa Tengah.
Ribuan warga Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali tepatnya Warga Lereng Gunung Merapi menyelenggarakan upacara tradisi prosesi Sedekah Gunung dengan mengarak kerbau ke puncak Gunung Merapi dalam rangka untuk merayakan tahun baru Hijriyah atau juga bisa disebut dengan malam 1 Suro (menurut kalender Jawa).
Sedekah gunung ini berasal dari kisah babat alas Mbah Petruk. Dikisahkan bahwa Mbah Petruk hanya memberi kebonan (ladang) untuk penduduk sekitar, dikarenakan di daerah situ hanya ada kerbau. Jadi hal ini yang menjadikan kepala kerbau sebagai sesajen dalam tradisi sedekah gunung tersebut.
Kegiatan Sedekah Gunung Merapi bertujuan untuk mewujudkan salah satu permohonan doa kepada Tuhan yang Maha Esa untuk memohon perlindungan dan keselamatan bagi masyarakat yang tinggal di bawah Lereng Gunung Merapi supaya dijauhkan dari mara bahaya dan bencana.
Prosesi ini diselenggarakan sejak pagi hari dengan mengarak kerbau (mahesa) untuk disembelih. Pada malam harinya warga melakukan kirab ke Joglo Merapi, dimana itu berada di puncak Gunung Merapi sembari membawa kepala kerbau yang tadi sudah disembelih pada pagi hari dan membawa sesajen lainnya. Ada juga sembilan sesajen yang dibawa diantaranya nasi tumpeng yang berjumlah sembilan, palawija, dua rokok yang mereknya sudah ditentukan, jadah bakar, panggan butho yang jumlah umbo rampe dengan jumlah dua buah.
Setelah itu di ceritakan legenda Gunung Merapi, lalu dilanjutkan dengan kidung-kidungan atau bisa juga disebut dengan nyanyian oleh tokoh adat. Terakhir, pembacaan doa dan kirab pemberangkatan sesajen. Dan di penghujung acara kepala kerbau yang sudah disembelih akan dilarung di puncak Gunung Merapi.
Sebuah cerita fantasi karya Ahmad Weli bertema persahabatan yang mengajarkan kita untuk ti...