Perkembangan teknologi dari masa ke masa menimbulkan banyak dampak baik negatif maupun positif di berbagai aspek kehidupan, tanpa terkecuali. Bahkan, teknologi mulai merambat hampir di semua aspek dan sub sektor kehidupan. Sebagai contoh, sejumlah kantor kantor perusahaan yang biasa kalian lihat kini tak lagi memakai absensi manual untuk para pekerjanya. Hadirnya teknologi biometrik yang terdapat pada mesin absensi berdasarkan sidik jari atau yang lebih dikenal dengan mesin fingerprint memudahkan absensi setiap pekerja. Hanya dengan menempelkan jempol pada mesin pemindai, maka pekerja otomatis akan dianggap hadir atau sudah check in. Namun, apakah kalian berpikir bagaimana jadinya jika seseorang tidak memiliki sidik jari? Apakah ada orang yang tidak memiliki sidik jari?
Jawabannya, ya, ada orang yang tidak memiliki sidik jari. Kondisi tersebut dinamakan dengan Adermatoglyphia. Hal ini pertama kali terungkap pada tahun 2007, ketika para peneliti mempublikasikan hasil temuan yang sekian lama disembunyikan. Observasi dilakukan terhadap satu keluarga besar di Swiss yang beranggotakan 16 orang. Dari hasil observasi, diketahui bahwa 7 dari 16 orang dalam keluarga ternyata tidak memiliki sidik jari. 7 Orang inilah penderita Adermatoglyphia atau kelainan sidik jari.
Adermatoglyphia terjadi sejak lahir. Kelainan ini bisa terjadi karena adanya mutasi DNA sehingga menyebabkan seseorang tidak memiliki sidik jari di ujung jarinya. Sidik jari biasanya berbentuk tonjolan (dermatoglyphs) dengan pola yang berbeda di setiap manusia. Namun, orang dengan Adermatoglyphia tidak memiliki pola tonjolan pada jarinya sehingga tidak dapat diidentifikasi. Lebih jelasnya, mutasi gen yang terjadi pada penderita Adermatoglyphia ini adalah mutasi pada gen SMARCAD1. Gen ini memberikan informasi untuk membuat dua versi protein SMARCAD1. Dua versi dari protein SMARCAD1 ini adalah protein panjang penuh dan protein pendek. Protein SMARCAD1 versi panjang penuh terdapat di banyak jaringan tubuh dengan fungsi mengatur berbagai gen yang menjaga informasi genetik dalam sel. Sementara itu, protein SMARCAD1 versi pendek hanya terdapat pada lapisan kulit, dan belum diketahui secara pasti fungsi dari protein versi pendek ini. Namun para peneliti berspekulasi bahwa protein versi pendek ini berperan dalam pembentukan dermatoglyphs atau sidik jari. Mutasi gen SMARCAD1 ini hanya mempengaruhi protein versi pendek, yang menyebabkan jumlah protein SMARCAD1 dalam sel berkurang. Meski begitu, tidak jelas bagaimana mutasi gen ini bisa menyebabkan Adermatoglyphia.
Kelainan Adermatoglyphia ini juga disebut dengan Immigration Delay atau Keterlambatan Imigrasi. Disebut demikian karena memang jika seseorang tidak mempunyai sidik jari, maka akan menyulitkan proses identifikasi untuk keperluan imigrasi. Otomatis seseorang dengan Adermatoglyphia akan sulit untuk bepergian ke luar negeri. Bahkan untuk membuat kartu identitas mereka akan menemui banyak kendala karena absennya sidik jari di di tubuh mereka. Meski begitu, Adermatoglyphia tidak memiliki gejala atau efek samping tertentu. Namun, kondisi ini bisa terkait atau berhubungan dengan masalah kulit lain seperti kulit melepuh, adanya benjolan pada kulit maupun berkurangnya jumlah kelenjar keringat pada kulit
Sumber : https://bobo.grid.id/read/081834842/sidik-jari-setiap-orang-berbeda-apakah-ada-orang-yang-tidak-memiliki-sidik-jari-akubacaakutahu?page=all
https://hellosehat.com/sehat/gejala-umum/tidak-punya-sidik-jari/
Sebuah cerita fantasi karya Ahmad Weli bertema persahabatan yang mengajarkan kita untuk ti...