Selvia Wijayanti 1 month ago
selvi.W #bahasa

Tidak Ada Proses yang Mudah untuk Hasil yang Indah

Tidak ada proses yang mudah untuk hasil yang indah 


Suatu hari, Seorang perempuan cantik berambut pendek berkulit sawo matang dengan sebuah tas besar yang ada di pundaknya mendatangi sebuah sekolah. Angin dengan lembut menyapu wajahnya. Perempuan yang mendatangi sekolah SMA Bintang Jaya itu namanya adalah Vivian. Dia berpindah sekolah ke SMA Bintang Jaya karena suatu hal. Vivian menatap gedung sekolah tersebut dalam-dalam dan berpikir apakah dia akan bisa meraih mimpinya di sekolah tersebut.


Vivian menatap gedung sekolah tersebut. Dia akan menuntut ilmu disana selama 3 tahun lamanya nanti. Hasil apa yang akan dia dapatkan nantinya, apakah Vivian dapat mencapai mimpi-mimpinya di sekolah ini?


Keesokan harinya datanglah hari di mana vivian akan memulai pembelajaran pertamanya di SMA Bintang Jaya. Kedatangan Vivian disambut halus oleh teman-teman sekelasnya. Dia masih kurang nyaman dengan suasana di sekolah tersebut. Di pikirannya selalu dia ingin pulang, sehingga selama pelajaran berjalan Vivian tidak fokus dan selalu melamun.


Camella : “Halo, namamu Vivian kan salam kenal.” (Menjulurkan tangannya ke arah Vivian)

Vivian : “Hai, iya aku Vivian salam kenal, namamu siapa?" (Membalas juluran tangan Camella)

Camella : “Kenalin aku Camella”

Vivian : “Ahhh Camella salam kenal ya, Camella”

Camella : “Eh, BTW kamar kamu di mana?”

Vivian : “Aku berada di kamar paling ujung.”

Camella : “Kamu sendirian di situ? Apakah kamu tidak takut?”

Vivian : “Yaa takut sih tapi penjaga asrama bilang kepadaku bahwa harus menunggu untuk pembagian kamar”

Camella : “Begitu, ya.”


Percakapanpun berhenti dikarenakan guru yang masuk ke kelas.


Ibu Guru : “Selamat pagi anak-anak!”

Siswa Siswi : “Selamat pagi, Miss!”

Ibu Guru : “Hari ini kita kedatangan murid baru, ya?”

Siswa Siswi : “Iya, Miss.”

Ibu Guru : “Silakan untuk perkenalkan diri terlebih dahulu.” (Menatap Vivian)

Vivian : (Berdiri dari kursinya) “Halo semuanya, perkenalkan namaku Vivian. Salam kenal semuanya.”

Ibu guru : "Halo Vivian, selamat bergabung ya, semoga betah.”

Vivian : “Terima kasih, Miss.”


Pembelajaran berjalan dengan lancar hingga selesai. Seluruh siswa berjalan meninggalkan kelas untuk kembali ke asrama. Camella dan Vivian berjalan bersama menuju ke asrama.

Sudah berjalan dua minggu sejak Vivian bersekolah di sekolah barunya. Besok dia ada ulangan pertamanya yang di mana itu adalah mata pelajaran yang Vivian sukai. Vivian berusaha belajar pada malam hari agar saat ulangan besok dia bisa mengerjakan dan juga bisa mendapatkan nilai yang bagus.


Besok paginya ulangan sudah dimulai, Vivian mengerjakan sebisanya dengan perbekalan apa yang dipelajari kemarin malam.


Vivian : “Mengapa ini susah sekali, aku tidak mengetahui artinya!”


Vivian kesulitan karena dia tidak bisa memahami soalnya. Selesai mengerjakannya, Vivian hanya berdoa agar nilainya tidak buruk. Tapi bagaikan angin lalu saat nilai diumumkan nilai Vivian sangat buruk. Hal tersebut membuat dia sedih serta merenung apalagi dirinya melihat teman-temannya yang mendapatkan nilai yang baik di ulangan pertamanya.


Camella : “Kamu dapat berapa Vivian?” 

Vivian : “Sangat kecil ....”

Camella : “Benarkah, tidak usah bersedih. Kamu bisa berusaha lagi kok. Ini baru ulangan pertama kita. Kan semua butuh proses.”

Vivian : “Iya ....”


Miss : “Bagaimana hasil nilai ulangan pertama kalian?”

Siswa-Siswi : “Alhamdulillah, Miss.”

Novan : “Nilai yang paling tinggi siapa Miss?”

Novan : “Saya hanya salah satu Miss.”

Miss : Ini masih ulangan pertama kalian. Jadi, jika nilai kalian belum cukup itu masih wajar. Kalian masih beradaptasi dengan soal serta pelajarannya.”

Novan : “Soalnya sangat mudah Miss”

Miss : “Benarkah, baiklah sekarang kita mulai ya pelajarannya!”


Selesai pelajaran, Vivian dan Camella pergi ke kantin untuk makan siang. 


Camella : “Kenapa sih si Novan itu sombong sekali. Mentang-mentang nilainya bagus. Kenapa juga dia harus tanya ke Miss siapa nilai tertinggi!”

Vivian : “Hanya salah satu di ulangan pertama bukankah itu berarti dia sangat pandai.”

Camella : “Aku akui dia memang pandai tapi dia itu sangat sombong!”

Vivian : “Benarkah?”

Camella : “Dia itu sering sekali seperti itu di kelas. Dia juga sering mengejek anak yang nilainya rendah.”

Vivian : “Kamu serius?”

Camella : “Kenapa tidak serius? Kamu lihat mukaku ini sedang tidak bercanda.”

Vivian : “Iya sih, ayo balik ke kelas ini sudah mau jam masuk.”

Camella : “Iya sebentar masih satu nih baksoku, tunggu sebentar.”

Vivian : “Iya-iya, aku tunggu santai aja.”

Camella : “Akhirnya kenyang, sudah yuk ke kelas.”

Vivian : "Iya, ayok.”



Sesampainya di kelas Vivian dan Camella duduk di tempat mereka masing-masing. Vivian termenung melihat nilainya. Dia hanya diam memandangi nilainya. Tanpa dia sadari Novan melihat nilai ulangannya dari belakang.


Novan : “Hahaha, serius kamu hanya dapat segitu?!”


Vivian segera menyembunyikan kertas hasil ulangannya di dalam laci mejanya.


Vivian : “Memangnya kenapa? Aku kan sudah berusaha!”

Novan : “Berusaha? Jika berusaha harusnya nilaimu lebih baik dari itu. Nilai segitu mah tidak berusaha namanya! Bahkan ukuran sepatuku lebih besar dibandingkan dengan nilaimu itu.”

Vivian : “...” (terdiam)

Camella : “Apaan sih Novan. Tidak usah sok asik deh! Nilai kamu bagus, ya sudah tidak usah teriak sana-sini!”

Novan : “Terserah aku lah!” (berjalan meninggalkan Vivian dan Camella)

Camella : “Tidak usah di dengarkan Vivian. Mmang orang aneh.”

Vivian : “Iya ....”


Vivian pulang dengan wajah yang murung dan dengan keadaan hati yang sedang buruk. Kata-kata yang diucapkan Novan selalu berputar di kepalanya. Dia merasa malu dan menyesal. Dia seharusnya bisa belajar lebih keras lagi.


Tidak terasa Vivian sudah memasuki tengah semester dan UTS akan segera diadakan di sekolahnya. Ya, Vivian menangis melihat hasil UTS-nya. Dia juga harus mengerjakan banyak remedial agar bisa menutupi nilainya yang buruk itu.


Vivian sudah hampir menyerah dengan nilainya yang selalu buruk. Dia hanya bisa memendam rasa irinya melihat teman-temannya yang bisa mendapatkan nilai yang baik, menangis mengingat nilainya yang jelek, dan tidak bisa membuat orang tuanya bangga. Namun, dia tetap mencoba untuk terus belajar apapun hasilnya nanti.


Waktu berlalu begitu cepat. Vivian menghadapi itu semua dengan tangis dan usahanya untuk selalu belajar dengan giat. Dia sudah memasuki semester baru sekarang. Di semester baru ini, Vivian berusaha untuk memperbaiki nilainya. Ya, setidaknya lebih baik dari pada semester sebelumnya.


Datanglah hari di mana Vivian harus menghadapi ulangan di semester barunya ini. Malam itu Vivian belajar dan mencatat yang menurutnya mungkin masuk di ulangan nanti. Dia belajar hingga pukul 12.00 malam. Besoknya di sekolah, dia membaca ulang catatannya tadi dan berusaha untuk memahaminya hingga waktu ulangan tiba.


Besoknya nilai ulangan akan diumumkan. Vivian penasaran tapi juga takut akan hasilnya jika tidak sesuai harapannya. Setelah diumumkan, Vivian tersenyum cerah karena akhirnya nilainya lebih meningkat dari sebelumnya meskipun masih banyak kurangnya. Namun, melihat peningkatan di dirinya membuat Vivian lebih semangat untuk belajar lebih giat lagi.


Semenjak itu Vivian lebih sering menghabiskan waktunya sendiri dirumah untuk me-review pelajaran juga mempelajari ulang apa yang dia belum pahami. Hal tersebut membuat teman-teman Vivian agak kesal dikarenakan setiap Vivian diajak keluar untuk bermain setelah pulang sekolah, Vivian selalu menolak dan memilih untuk pulang ke rumah dan belajar.


Camella : “Vivian mau ikut main nggak?

Vivian : “Mau ngapain? Nggak dulu deh.”

Davina : “Dia pasti bakal lebih memilih untuk belajar. Sudahlah kita pergi berdua saja.”


Camella dan Davina meninggalkan Vivian yang terdiam. Kejadian tadi membuat Vivian berpikir apakah dia harus menggunakan waktu belajarnya untuk bermain. Namun, dia ingat kembali bahwa dia tidak sepintar siswa-siswi lain yang dijelaskan sekali akan langsung bisa memahaminya. Dia harus membaca berkali-kali apakah karena hal ini dia tidak akan memiliki teman?


Akhirnya Vivian hanya berteman dengan orang yang mau berteman dengan dirinya saja. Karena jika dia menuruti egonya untuk selalu pergi bermain dibandingkan belajar hanya demi dia memiliki teman, Vivian lebih memilih untuk memiliki teman sedikit.


Perjuangan Vivian sebagai pelajar tidak selesai di sini saja. Masih banyak yang harus dikejar dan dia raih. Semoga semua kerja keras kita semua bisa berbuah manis dan menghasilkan yang terbaik. Siapa sih yang tidak mau cita-citanya tercapai? Kalau mau tercapai ya berdoa dan berusaha!



Pesan Moral : 

Jika mendapatkan cemoohan dari orang lain, ambil sisi baiknya. Buktikan bahwa kita juga bisa berkembang dan berproses. Didunia ini setiap manusia memiliki jalannya mereka masing-masing. Ada yang cepat ada yang lambat dan kita tidak bisa membandingkan diri kita dengan orang lain. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan. Jangan pantang menyerah hanya karena cemoohan dari orang lain.

Kisah Diqi: Api Kelulusan (Cuplikan)

Kisah Diqi: Api Kelulusan (Cuplikan)

1708867858.png
ℤ𝕦𝕓𝕒𝕪𝕪𝕣~
1 year ago
Hadiah dari Peristiwa Isra' Mi'raj

Hadiah dari Peristiwa Isra' Mi'raj

1706664012.jpg
R. Gatot Susilo
1 year ago
Jewawut Bisa Dimakan?

Jewawut Bisa Dimakan?

1725636421.jpeg
ヒンメル
1 year ago
Panspermia

Panspermia

1724158013.jpeg
sunshine
1 year ago