Perang mempertaruhkan nyawa dengan cara membunuh lawan. Ibu mempertaruhkan nyawanya justru demi hadirnya nyawa baru, anak. Agar kehidupan tetap hidup dan berlanjut.
Seandainya laki-laki lebih hebat, lebih kuat dari pada perempuan, tentu tugas melahirkan yang penuh mempertaruhkan nyawa dibebankannya kepada laki-laki, maka alasan apalagi untuk mengatakan kemampuan perempuan dibawah laki-laki.
Dan di negeri ini itu tergores sebuah sejarah sejak 22 Desember 1928, oleh para perempuan hebat dalam kongres perempuan dengan inisiator seorang lajang berusia 21 tahun.
Ibu pembohong kata mereka, Betul. Seorang Ibu dalam hidupnya membuat banyak kebohongan, Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan berikan makanan itu kepada anaknya dan berkata 'Cepatlah makan, Ibu tidak lapar' waktu tersisa hanya ikan dan daging dan ia pun berkata 'ibu tidak suka daging, makanlah nak'.
Tengah malam saat ia sedang sakit menjaga anaknya yang sedang sakit, ia berkata ' istirahatlah nak, Ibu masih belum mengantuk'. Saat anak sudah lulus, bekerja dan mengirim uang untuk ibu, ia berkata 'simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang'.
Saat anak sudah sukses menjemput ibunya untuk tinggal dirumah besar, ia berkata ' Rumah tua kita sangat nyaman, Ibu tidak terbiasa tinggal disana' Saat menjelang tua ibu sakit keras, anak akan menangis tapi ibu masih bisa tetap tersenyum sambil berkata 'Jangan menangis, ibu tak apa-apa'.
Itulah kebohongan terakhir yang dibuat oleh ibu.
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, ia selalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak perlu dan tidak mau anak-anak mengkhawatirkannya.
Semoga anak diseluruh dunia bisa menghargai tiap kebohongan ibunya.
Didalam doa ibu namaku disebut, ibu percayalah didalam doa kami, anak-anakmu, namamu tak pernah putus kami sebut.
Kami terlahir dari cinta, dan cinta itu ibu.