Apa bedanya dengan Anti Sosial?
Pernahkah kalian mendengar tentang fenomena hikikomori?
Jika belum, hikikomori secara harfiah artinya menarik diri atau mengurung diri. Sedangkan secara istilah, hikikomori berarti orang yang menarik diri dari masyarakat. Orang yang menolak keluar rumah atau bahkan keluar kamar, orang yang mengurung diri dari kehidupan sosial, dan apapun yang berkaitan dengan itu. Istilah ini berasal dari bahasa Jepang. Karena fenomena ini pertama kali dinamakan di Jepang.
Sebenarnya, kejadian seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu. Tetapi, hal ini menjadi masalah yang sangat serius di Jepang. Jadi istilah yang populer dipakai adalah istilah dari Jepang ini, yaitu Hikikomori. Karena berdasarkan data, ada sekitar 500 ribu dari sekitar 125 juta penduduk di Jepang yang memiliki gangguan sosial sejenis ini. Orang orang hikikomori biasanya pria, umur 20 tahunan dan berasal dari orang tua berpendidikan.
Terdapat beberapa kriteria orang yang dapat dikategorikan sebagai hikikomori:
Mengapa orang bisa menjadi hikikomori?
Jawabannya beragam. Ada orang yang menjadi hikikomori karena tekanan hidup yang menurut mereka berat. Seperti dibully, dikucilkan dan disingkirkan oleh masyarakat. Ada yang menjadi hikikomori karena ekspektasi orang tua yang tinggi namun tidak dapat ditepati oleh anaknya. Ada yang diakibatkan orang tua yang menerapkan cara mendidik strawberry parents. Jadi anaknya diberi semuanya yang ia mau dan membuat mental anaknya lembek seperti stroberi. Ada yang memiliki gejala ini karena putus asa dalam
bidang pekerjaan, pendidikan atau ekonomi. Jadinya mereka memilih untuk berdiam di kamar.
Ada beberapa perbedaan diantara orang malas, orang Anti Sosial dan hikikomori.
Perbedaan antara malas, Anti Sosial dan hikikomori adalah:
Hikikomori tidak hanya ada di Jepang. Orang yang memiliki gejala ini ada di seluruh penjuru dunia. Tetapi, berdampak serius di Jepang. Di bidang ekonomi dan mungkin di bidang lainnya juga. Karena orang hikikomori hanya berdiam diri di kamar dan melakukan apa yang dia inginkan, dia tidak memiliki pekerjaan atau pendidikan yang akan berdampak pada ekonomi di Jepang.
Karena gejala hikikomori sudah ada sampai keluar Jepang, kita harus waspada dan berbagi ilmu kepada orang lain agar tidak menjadi hikikomori. Seperti, ajak bersosialisasi orang lain, memiliki ekspektasi yang masuk akal, berbagi informasi yang berguna dan tidak melakukan bully kepada orang lain.
Itu saja pembahasan tentang hikikomori, orang yang tidak mau keluar rumah karena alasan sosial di Jepang. Semoga ini bisa menambah wawasan dan membantu ada di kehidupan sosial sehari-hari.
Sebuah cerita fantasi karya Naura Hanifah.