"kita juga bermula dari tidak tahu mau menjadi apa".
Judul Buku : Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa
Penulis : Alvi Syahrin
Tahun Terbit : 2019
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : 236 halaman
Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa ditulis oleh Alvi Syahrin. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tanggal 1 November 2019. Alasan Alvi Syahrin ingin menjadi seorang penulis adalah ia ingin membantu dan memberikan manfaat bagi banyak orang yang membacanya, melalui tulisannya.
Kau melihat teman-teman dan mereka sudah mendapatkan impian. Sementara kau masih termangu, menggenggam harapan. Pelan, dalam hati kau berujar, “Kapan mimpiku terwujud?”
Selama perjalanan mencapai tujuan, adakalanya kau melihat sekeliling… menakar jauh jangkauan. Atau, kau malah membandingkannya dengan orang lain. Lalu, lupa melanjutkan perjalanan.
Benarkah segala usaha dan upayamu selama ini lebur bersama kecewa yang kau bangun sendiri? Sungguhkah sesuatu yang hanya kau lihat dalam dunia maya menjadikanmu merasa bukan apa-apa?
Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa akan menemanimu selama perjalanan. Buku ini untukmu yang khawatir tentang masa depan. Tenang saja, kau tidak sedang diburu waktu. Bacalah tiap lembarnya dengan penuh kesadaran bahwa hidup adalah tentang sebaik-baiknya berusaha, jatuh lalu bangun lagi, dan tidak berhenti percaya bahwa segala perjuanganmu tidak akan sia-sia. Bukankah sebaiknya apa-apa yang fana tidak selayaknya membuatmu kecewa?
Buku ini berisi 45 cerita pendek yang membahas tentang kekhawatiran tentang masa depan. Beberapa di antaranya mengenai:
standar kesuksesan.
“Kalau kamu mau sukses, jadi dokter saja”, begitu kata kebanyakan orang. Alasannya, dokter adalah pekerjaan yang mulia, kamu bisa menolong orang lain, selain itu penghasilannya juga terbilang besar.
Di sini kita diajak untuk membahas mengenai standar kesuksesan yang banyak dijadikan acuan. Seperti profesi sebagai dokter dan PNS saja yang biasanya disebut telah mencapai kesuksesan. Alvi Syahrin sendiri semasa kuliah mengambil teknik informatika dan berakhir sebagai penulis. Alvi Syahrin telah melewati masa-masa itu. Di bab ini Alvi membagikan ceritanya.
aku hanya ingin membuat orang tuaku bangga kepadaku.
Ada saatnya kita memiliki keinginan yang sekiranya terlalu muluk-muluk, dan pada saat itu, seringkali kita jadikan orang tua kita sebagai alasannya.
Kita seringkali berkata, “Aku hanya ingin membuat orang tuaku bangga”. Namun, sesungguhnya bagi orang tua, hal itu hanya kebutuhan sekunder, atau bisa jadi tidak sama sekali. Sebab, orang tua kita hanya butuh seorang anak yang bisa mendengarkan mereka, menolong mereka, dan berbakti kepada mereka. Kebutuhan mereka sangat sederhana.
Tapi aku nggak tahu mau jadi apa
Tapi aku nggak tahu mau jadi apa..
Bill Gates tidak terlahir ke dunia lalu menyadari, "Aku akan membuat Microsoft".
Steve Jobs tidak bangun dari tidurnya lalu menyadari, "Aku akan membuat Apple".
Lihat, mereka juga bermula dari "Tapi, aku nggak tahu mau jadi apa". Namun, mereka melakukan sesuatu dan menekuninya. kita semua bermula dari tidak tahu apa-apa. Namun, kita tidak menyerah, kita mencoba ini itu, terus menekuninya. sampai lupa bermimpi lalu menjadi seperti ini. Kamu pun bermula dari tidak tahu apa-apa. Namun, cobalah segalanya.
Di sini kita diajak untuk membahas mengenai rencana kita ke depannya, “Mau jadi apa”, banyak dari kita yang masih belum tahu akan atau ingin “jadi apa”. Alvi Syahrin memberikan beberapa contoh dari orang yang juga berawal dari tidak tahu mau jadi apa. Sama halnya dengan kita yang masih belum tahu mau jadi apa, cobalah segalanya sampai kita menemukan “aku sudah jadi ini”.
Kelebihan buku yang ditulis Alvi Syahrin ini adalah:
Gaya bahasanya yang menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti.
Berisi 45 cerita pendek yang diambil berdasarkan pengalaman yang relevan.
Bersifat reflektif. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita berpikir “Bagaimana kalau seperti ini… oh jadi begini…”
Kutipan-kutipan dalam buku ini yang saya sukai:
Jangan terjebak oleh standar kesuksesan yang ditetapkan masyarakat. Karena mereka yang menetapkannya pun belum tentu bisa menggapai kesuksesan tersebut. Tentukan standar kesuksesanmu sendiri. Sebab, pada akhirnya yang dapat merasa sukses hanyalah dirimu sendiri.
“Mungkin, hari ini, kamu ditolak. Tetapi, nanti, akan ada satu hari spesial. Yang membuatmu bergumam, “Oh, ini toh hikmahnya.” Lalu, semuanya menjadi terang dan indah. Sabar, butuh waktu.”
"Kita tak pernah tahu akan jadi apa. Meski kita tahu kita ingin jadi apa. Kita tak pernah benar-benar tahu. Jadi, kita butuh belajar. Kita butuh ilmu."
Pada akhirnya... setiap orang punya prioritas dan kebutuhan berbeda. Dan, setiap orang punya cerita berbeda menuju kesuksesan.
“Jika kita tidak pernah jadi apa-apa. Well, ya, sudah. Toh kita sudah berjalan sejauh ini dan mengumpulkan pelajaran berharga. Namun, kau tahu? Sesungguhnya kita selalu menjadi apa-apa. Kita pernah menjadi seorang bayi yang pernah menyenangkan hati orang tua kita” - Alvi Syahrin.
Tidak terasa kita sudah sampai di ujung pembahasan buku kali ini, ingat!
kita mungkin belum jadi apa-apa di dunia ini. Namun, mudah-mudahan di akhirat kelak, kita jadi apa-apa.